Cari Blog Ini

Selasa, 02 Desember 2008

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintis oleh orang Belgia yaitu Adrien Hallet, kemudian diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha.
Minyak sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki potensi atau prospek yang lebih cerah daripada karet dan kopi. Potensi itu terletak pada keragaman kegunaan dari minyak sawit. Minyak tidak hanya dapat digunakan sebagai bahan mentah industri pangan tetapi dapat pula digunakan sebagai bahan mentah industri non-pangan. Pertumbuhan penduduk dunia yang semakin meningkat mengakibatkan peningkatan konsumsi pangan, termasuk konsumsi minyak nabati. Kebutuhan minyak nabati di Indonesia sebagian besar dipenuhi dari minyak kelapa sawit. Agar kebutuhan minyak nabati dapat dipenuhi maka pemerintah mendorong peningkatan pengusahaan kebun kelapa sawit. Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacg) merupakan salah satu dari beberapa palma yang menghasilkan minyak untuk tujuan komersil dan merupakan tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel)
Tabel 1. Produktivitas minyak sawit dibandingkan sumber minyak yang lain
Sumber Minyak
Produktivitas (Ton/ha)
Kedelai 0.40
Minyak sawit
1. Minyak sawit 5.50
2. Minyak inti sawit 0.70
Biji bunga matahari 1.20
Rapeseed 0.80
Kacang tanah 0.60
Kelapa 1.50

Dibandingkan dengan sumber-sumber minyak nabati lainnya, kelapa sawit merupakan penghasil minyak nabati yang paling efisien sehingga tidak mengherankan kalau produksinya meningkat dengan cepat. Kelebihan teknis lainnya yakni minyak sawit memiliki kandungan asam lemak linoleik dan linolemik yang rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari sawit memiliki kemantapan kalor (heat stability) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi. Karenanya sebagai minyak goreng, minyak sawit menjadi lebih awet dan membuat makanan yang digoreng dengan minyak goreng sawit tidak cepat tengik
Perkebunan kelapa sawit juga menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Selain itu kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin, sabun, dan lilin. Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buah kelapa sawit kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat, daging dan kulit buahnya mengandung minyak.
Ampas buah kelapa sawit dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90°C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur. Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.
Produk-produk kelapa sawit yang memegang peranan penting dalam perdagangan dunia adalah minyak sawit, minyak inti sawit dan beberapa produk olahan lanjutan dari minyak sawit antara lain olein, stearin, fatty acid dan sebagainya. Karena pentingnya minyak kelapa sawit, maka mendorong untuk melakukan pengembangan kelapa sawit dengan teknik budidaya yang optimal mulai dari pembibitan, pemeliharaan, penanganan panen dan pasca panen. Ketiga kegiatan tersebut merupakan hal yang harus diperhatikan supaya produksi kelapa sawit lebih optimal.
Kelapa sawit biasanya berbuah setelah berumur 2,5 tahun. Buahnya menjadi masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dalam memanen perlu diperhatikan beberapa ketentuan umum agar buah yang dihasilkan baik mutunya sehingga minyak yang dihasilkan juga bermutu baik. Panenan harus dilaksanakan pada saat yang tepat, karena akan menentukan kuantitas dan kualitas buah kelapa sawit. Penanganan panen dan pasca panen merupakan faktor atau bagian yang penting dan perlu diperhatikan oleh setiap pengusaha atau pabrik. Hal tersebut meliputi alat yang digunakan, fasilitas panen dan pasca panen yang memadai misalnya alat tranportasi, jalan dan yang lainnya sehingga dapat mendukung kegiatan panen dan pasca panen. Penentuan kriteria buah kelapa sawit dan waktu panen yang tepat diperlukan dalam penanganan pasca panen agar tidak mengurangi kualitas dan kuantitas buah kelapa sawit. Oleh karena itu, pengetahuan dan sumber daya manusia tentang penanganan panen dan pasca panen harus yang profesional serta terlatih.

A. Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit
Klasifikasi
Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal dari Amerika. Klasifikasi tanaman kelapa sawit sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Elaeis Jacq
Species : Elaeis guineensis, Elaeis leifera
Botani
Tinggi tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu, terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi. Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar. Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah, dan buah menghasilkan minyak. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas ( free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya. Buah terdiri dari tiga lapisan:
Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
Mesoskarp, serabut buah
Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi. Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula)
Varietas
Varietas yang banyak diusahakan umumnya merupakan varietas Tenera (persilangan varietas jenis Dura dan Pisifera).Varietas ini mewarisi sifat-sifat unggul seperti inti kecil, cangkang tipis, daging buah tebal (60–90% dari buah) serta kandungan minyak yang tinggi.Beberapa contoh varietas unggul kelapa sawit, yaitu:
Deli Dura x Pisifera Dolok Sinumbah
1. Umur mulai berproduksi 30 bulan
2. Jumlah tandan 12 tandan/tahun
3. Berat tandan 17 kg
Kandungan minyak 6,8 ton/ha/tahun
Deli Dura x Pisifera Bah Jambi
1. Umur mulai berproduksi 30 bulan
2. Jumlah tandan 13 tandan/tahun
3. Berat tandan 16 kg
Kandungan minyak 6,9 ton/ha/tahun
Deli Dura x Pisifera Marihat
1. Umur mulai berproduksi 30 bulan
2. Jumlah tandan 12 tandan/tahun
3. Berat tandan 17 kg
Kandungan minyak 6,7 ton/ha/tahun.
Deli Dura x Pisifera lame
1. Umur mulai berproduksi 30 bulan
2. Jumlah tandan 14 tandan/tahun
3. Berat tandan 16 kg
Kandungan minyak 7,0 ton/ha/tahun
Deli Dura x Pisifera Yangambi
1. Umur mulai berproduksi 30 bulan
2. Jumlah tandan 13 tandan/tahun
3. Berat tandan 16 kg
Kandungan minyak 6,9 ton/ha/tahun
Deli Dura x Pisifera AVROS
1. Umur mulai berproduksi 30 bulan
2. Jumlah tandan 12 tandan/tahun
Berat tandan 16 kg
Kandungan minyak 7,0 ton/ha/tahun

Ekologi Tanaman Kelapa Sawit
kelapa sawit adalah tanaman yang tumbuh baik antara garis lintang 130 LU dan 120 LS, terutama dikawasan Afrika, Asia dan Amerika Latin. Persyaratan iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit secara umum adalah sebagai berikut:
Iklim
Curah hujan
Curah hujan optimal 2000-3000 mm/th. Pembagian hujan yang merata betul dalam satu tahun berakibat hasil buah kurang, karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga bunga atau buah yang terbentuk lebih sedikit.
Suhu dan tinggi tempat
Suhu merupakan faktor yang penting untuk pertumbuhan dan hasil kelapa sawit. Karena suhu dipengaruhi oleh tinggi tempat, maka selalu ada hubungan antara suhu dan ketinggian tempat bagi suatu lokasi pertanaman kelapa sawit. Secara umum dapat dikatakan bahwa kelapa sawit menghendaki suhu optimum sekitar 280C. Adapun ketinggian tempat yang optimal adalah 0-500 meter di atas permukaan laut.
Penyinaran matahari
Kelapa sawit membutuhkan sinar matahari yang cukup. Kelapa sawit yang tidak mendapat sinar matahari yang cukup, pertumbuhannya akan lambat dan produksi bunga betina menurun. Lama penyinaran rata-rata 5 jam dan apabila naik menjadi 7 jam per hari selama beberapa bulan tertentu akan berpengaruh baik terhadap kelapa sawit. Lama penyinaran ini terutama berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkat asimilasi, pembentukan bunga (sex-ratio) dan produksi buah.
Tanah
Jenis tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah jenis Latosol, Podsolik Merah Kuning dan Aluvial yang kadang-kadang meliputi tanah gambut, dataran pantai dan muara sungai. Sifat-sifat fisika dan kimia yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang optimal adalah:
Drainase baik dan permukaan air tanah cukup dalam, atau menghindari tanah-tanah yang berdrainase jelek dengan permukaan air tanah yang dangkal.
Solum cukup dalam, tidak berbatu agar perkembangan akar tidak terganggu.
Reaksi tanahnya masam dan pH antara 4-6.
Tanah-tanah yang tidak memenuhi syarat untuk kelapa sawit adalah:
Tanah pantai yang sangat berpasir.
Tanah gambut yang tebal, yang menyebabkan akar tidak dapat mencampai lapisan tanah mineral sehingga tanaman mudah tumbang atau pertumbuhannya miring.

DAFTAR PUSTAKA
Bambang. 2008. Pasca Panen. http://bambang.blogku.net/2008/04/14/pasca-panen-kelapa-sawit/. Diakses 31 Mei 2008.
Buana, Lalang. Donald Siahaan dan Sunardi Adiputra. 2004. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Bab 8-2 hal.
Hartley, C.W.S. 1911. The Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq). Longman. London and New York. 789 hal.
PAU IPB. 2007. Budidaya Kelapa Sawit. Bogor, maksi@indo.net.id. Diakses 06 Mei 2008.
PAU IPB. 2007. Panen Dan Perkiraan Produksi Kelapa Sawit. Bogor, maksi@indo.net.id. Diakses 31 Mei 2008.
PPKS. 2000. Pedoman Teknik Tanamam Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. 315 hal
Rangkuti. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasusu Bisnis. www.youngstatistician.com Milist: stis44@yahoogroups.com. Diakses 13 November 2008
Risza, S. 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius, Yogyakarta. 188 hal.
Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta. 65 hal.
Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta. 62 hal.
Soetedjo, R. 1969. Ilmu Bercocok Tanam Kelapa Sawit. C.V. Yasa Guna, Jakarta. 53 hal.
Soetrisno, Loekman dan Retno Winahyu. 1991. Kelapa Sawit Kajian Sosial-Ekonomi. Aditya Media, Yogyakarta. 134 hal.
Wikipedia. 2008. Kelapa sawit. http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit. Diakses 06 Mei 2008.